Minggu, 06 Oktober 2013

MATEMATIKA SEBAGAI AKTIVITAS MANUSIA

       Jika dilihat dari kurikulum 2013, pembelajaran matematika tidak begitu fokus kepada matematika secara teoritikal karena selain siswa dituntut untuk memahami matematika secara teoritis, mereka juga harus bisa mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari .Menurut Michener (1978) seseorang dikatakan mengerti matematika (suatu topik matematika) maka seseorang itu mengetahui tentang contoh-contoh dan heuristik dan bagaimana mereka itu dihubungkan. Seseorang yang mengerti matematika, dia mempunyai perasaan intuitif terhadap topik matematika tersebut, bagaimana fakta yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perhitungan yang dilakukannya, bagaimana topik matematika itu saling bergantung dan bagaimana topik matematika itu berhubungan dengan teori yang lain.

       Namun dalam praktek pada proses belajar mengajar di sekolah kebanyakan guru merasa kesulitan menjelaskan penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari walaupun pada kenyataannya matematika itu adalah aktivitas manusia. Guru cenderung "under estimate" terhadap siswa ketika harus masuk kepada soal-soal terapan, padahal soal-soal terapan matematika inilah yang paling banyak berguna untuk melatih kemampuan penalaran siswa. Guru merasa siswanya tidak akan memahami persoalan matematika yang ada di dalam soal-soal terapan, sehingga siswa lebih ditekankan kepada soal-soal yang bersifat pemahaman tentang konsep-konsep matematika murni dan sedikit sekali fokus kepada pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pada akhirnya berakibat kepada rasa "takut" siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang bersifat aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Jika melihat fenomena ini, tidak heran jika peringkat PISA siswa di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Negara kita, peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara; Reading (57), Matematika (61) dan Sains (60). Dengan predikat ini bisa mencerminkan bagaimana sistem pendidikan Indonesia yang sedang berjalan saat ini. Mungkin guru2 Indonesia masih belum bisa menerapkan metode problem solving dan keahlian menganalisis terhadap suatu pelajaran pada siswa serta budaya membaca dan menulis yang masih kurang ditanamkan pada siswa.
          Sebagai pengalaman saya sendiri, beberapa minggu yang lalu saya menjelaskan tentang materi kombinasi dengan mencoba menyelipkan pembelajaran berbasis masalah di awal pembelajaran. Saat itu saya memberikan permasalahan dengan memisalkan siswa sebagai panitia suatu kompetisi futsal yang akan dilakukan secara 1/2 kompetisi. Saya memberikan persoalan dimana siswa disuruh menjawab pertanyaan tentang berapa banyak total biaya yang dibutuhkan jika diketahui biaya per pertandingan dan jumlah peserta. Ternyata siswa begitu kesulitan dalam memecahkan persoalan ini, sehingga saya sebagai guru begitu banyak harus menuntun dan memberikan scaffolding2 sampai mereka bisa menemukan sendirisolusi  dari persoalan tersebut.
      Salah satu contoh pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan adalah Pendekatan Matematika Realistik (PMR). Pembelajaran dalam PMR pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik daripada masa yang lalu. Dalam pandangan PMR, pengembangan suatu konsep matematika dimulai oleh siswa secara mandiri berupa kegiatan eksplorasi sehingga memberikan peluang pada siswa untuk berkreasi mengembangkan pemikirannya. PMR merupakan suatu teori pembelajaran matematika yang dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas.
         Dari persoalan yang saya hadapi, kita sebagai guru jangan putus asa dalam menuntun dan mengarahkan anak didik kita untuk terlatih dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kita senantiasa harus membiasakan siswa terampil dalam menyelesaikan soal-soal yang bersifat problem solving, karena sarana untuk melatih kemampuan penalaran siswa salah satunya dengan sering-sering berlatih kemampuan pemecahan masalah. Dibutuhkan kemampuan guru untuk mendesain pengajaran yang akan mengoptimalkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.





0 komentar:

Posting Komentar